Saya termasuk orang yang lumayan sering berburu buku-buku yang bertemakan riwayat hidup seseorang. Alasannya sangat sederhana, yaitu karena pengalaman adalah guru yang terbaik dan saya bukanlah Forrest Gump.
Mencerna otobiografi memang akan jauh berbeda dengan membaca biografi. Akan terasa lebih dekat karena jenis ini memanglah ditulis oleh si protagonisnya sendiri. Tidak ada perspektif lain yang dititipkan di sini.
Nah pada kesempatan kali ini, saya coba rekomendasikan buku otobiografi dari Trevor Noah yang berjudul “Born a Crime: Stories From a South African Childhood“.
Trevor Noah sendiri adalah seorang stand up comedian dan presenter asal Afrika Selatan, yang kini bisa dibilang sudah sangat sukses berkarir di Amerika Serikat. Pada tahun 2018, ia termasuk dalam seratus orang paling berpengaruh versi majalah Time.
Saya setuju dengan pendapat bahwa buku ini cukup penting untuk dibaca karena bukan hanya merupakan kisah pribadi tentang kelangsungan dan cara bertahan hidup, tetapi karena buku ini lebih banyak mengungkap apartheid – warisannya, kebusukannya, kebodohannya dan kerusakannya – daripada kebanyakan buku-buku lainnya. Mau itu buku sejarah ataupun teks akademik.
Bagaimana Trevor Noah yang terlahir sebagai kejahatan. Oh ya, hal itu oleh sebab ibunya yang berkulit hitam mengandung anak dari seorang pendatang yang berkulit putih. Nelson Mandela itu kan baru bebas tahun 1990, sedangkan Trevor lahir di tahun 1984, yang artinya ketika itu masih berlaku sistem apartheid di sana.
Race mixing adalah dosa yang sangat buruk pada masa yang dimaksud. Bakal dapat persekusi dari mana-mana, baik dari komunitas kulit hitam ataupun kulit putih.
Selain itu, buku ini juga memberi pesan jika “Being rich is about having choices“. Trevor Noah kecil sama sekali tidak punya kemewahan tersebut. Dan kalau saya pikir-pikir lagi, rasanya kita tidak perlu jauh-jauh ke benua Afrika sana untuk menemukan keadaan yang seperti ini.
Iya, toh?
Meskipun konfliknya terdengar serius, tapi Trevor sangat pandai mengemas segala kondisi yang ada dengan kocak. Ya, namanya juga stand up comedian. Harus bisa mengemas tragedi menjadi komedi, tapi tentunya masih dapat menuai empati atau simpati.
Jadi kalau menurut saya, buku ini merupakan bacaan yang ringan tapi sangat bergizi.
Monggo.
*foto oleh Robin Lubbock/WBUR
We reviewed beautiful story of Trevor Noah! Loved to read it! Thanks for sharing 👌👍
SukaDisukai oleh 1 orang
Setuju. Very entertaining book yet deep on insights of humanity…
SukaDisukai oleh 1 orang