Saya termasuk orang yang sepakat bahwa meniru merupakan langkah awal yang baik jika ingin mendalami/belajar suatu bidang. Bukan plagiarisme loh ya, melainkan meniru perilaku, pola berpikir, cara memancing inspirasi atau juga rutinitas dari mereka yang sudah ahli dalam bidang tersebut ketika sedang berkarya.
Misal :
- Jika ingin menjadi seorang pelukis, maka tirulah sang legenda Salvador Dali atau seorang Hana Madness kalau yang dari Indonesia.
- Ingin berprofesi sebagai seorang penulis? Ada Dee Lestari yang sering membagikan proses menulisnya. Atau coba saja tiru kebiasaan Maya Angelou jika ada yang ingin pandai menulis puisi.
- Nah kalau ingin mendalami musik, untuk saat ini hanya ada satu nama yang muncul di kepala saya, yaitu Bob Dylan.
Satu figur raksasa yang selalu hadir di budaya populer dunia pada rentang 60 tahun belakangan ini. Pada tahun 2016 ia menerima penghargaan nobel. Namanya berada di peringkat kedua dalam daftar “Greatest Artists of All Time” versi majalah musik Rolling Stone.
Kurang apa lagi coba?
Mungkin untuk sebagian orang akan terdengar berlebihan, tapi jika seorang Kahlil Gibran dianggap sebagai nabi dalam dunia literatur, maka Bob Dylan sudah pasti merupakan nabi mahsyur dalam sejarah musik dunia. Kita sepertinya akan sangat kesulitan mengukur betapa besarnya pengaruh musisi yang mempunyai nama asli Robert Allen Zimmerman ini. It’s humongous!
Lalu bagaimana cara belajar dari seorang Bob Dylan?
Karena kalau pergi ke Amerika Serikat mah jauh dan umur beliau pun sudah 81 tahun, maka sepertinya akan lebih baik, murah dan mudah jika kita membaca buku-buku mengenai beliau saja.
Ada tiga yang coba saya rekomendasikan lewat artikel ini :
- Chronicles : Volume One

Adalah memoar yang ditulis oleh tangan Bob Dylan sendiri dan terbit pada tahun 2004. Lewat buku ini, kita diceritakan bagaimana perjalanan seorang Dylan circa 1961 ketika ia baru tiba di Manhattan, New York.
Saya jadi sedikitnya dapat mempelajari bagaimana Bob Dylan sebagai musisi serta lagu-lagunya dibentuk lewat kontemplasi memahami kehidupan, orang-orang di sekitar maupun tempat-tempat yang sempat disinggahinya.
- Bob Dylan: Behind the Shades Revisited

Kalau yang ini ditulis oleh seorang jurnalis asal Inggris yang bernama Clinton Heylin. Sebuah biografi yang kalau kata The New Yorker merupakan biografi Bob Dylan yang
“the most readable and reliable“.
Jika pada Chronicles : Volume One kita mendapatkan sudut pandang lewat kedua mata Bob langsung, maka lewat buku ini kita mendapatkan sudut pandang yang lebih luas lagi. Anggap saja kita sedang menjadi hantu yang ngintilin sang legenda ke mana-mana.
- The Ballad of Bob Dylan: A Portrait

Ditulis oleh Daniel Mark Epstein dan terbit pada tahun 2011. Epstein sendiri adalah penyair, penulis biografi, dan dramawan yang memenangkan banyak penghargaan.
Buat saya, si penulis secara dalam dan segar telah berhasil menggambarkan Bob Dylan bukan hanya sebagai seorang seniman tapi juga sebagai seorang manusia. Dari folk icon menjadi seorang rockstar, bagaimana kehidupan keluarga asalnya yang terpencil bahkan sampai dampak perceraian Bob.
Buku ini secara tidak langsung seolah bercerita bagaimana baik-buruknya profesi seorang musisi.
Jadi buat adik-adik yang ingin nyemplung ke dunia musik, kalau hemat dari saya, belajar dan menirulah dari individu seperti Bob Dylan, jangan dari Sid Vicious. Biar nanti kalau sudah jadi musisi, gak kebanyakan gaya.
Hahaha… Loh kok jadi curcol saya ini?
Betul mas, saya suka poto2 dan untuk bisa dapet poto yang bagus, harus tau gimana caranya jepret poto itu kan. Makanya di awal bisa niru angle poto bagus yang pernah kita liat. Nanti akan dapet poto bagus ketika liat ada objek menarik karena udah terbiasa pilih sudut pandang.
SukaDisukai oleh 1 orang