Tips Membaca dari Schopenhauer

Dalam perihal membaca, sampai sekarang saya masih mengikuti tips yang telah dikemukakan oleh Arthur Schopenhauer (1788–1860). Filsuf asal Jerman yang buah pikirannya punya dampak di berbagai disiplin ilmu.

Tulisan beliau tentang estetika, moralitas, dan psikologi telah mempengaruhi banyak pemikir dan seniman. Sebut saja mulai dari Nietzsche, Freud, Jung, Tolstoy sampai komposer macam Richard Wagner.

Salah satu contohnya adalah esai dari Schopenhauer berjudul “On Books and Reading ” yang telah mewariskan beberapa saran bagi kita para pembaca buku.

  • Jangan membaca tanpa refleksi

Hanya dengan refleksi/cerminan/gambaran, seseorang dapat mengasimilasi apa yang telah dibacanya. Jika seseorang hanya membaca tanpa ada sama sekali renungan setelahnya, maka sebagian besar yang telah dibaca tidak akan mengakar, melainkan justru akan menghilang begitu saja.

  • Jangan membaca buku yang buruk

Schopenhauer juga terkenal dengan The Art of Not Reading-nya. Membaca buku adalah sebuah komitmen. Yang akan jadi percuma jika kita membaca buku yang keliru. Apalagi sekarang banyak buku yang mengandung hoax.

Pendapat dari mereka yang telah lebih dulu membaca, review dari para book blogger mungkin atau juga menyempatkan dulu untuk membaca 7–10 halaman pembukanya akan membantu kita ketika menimbang sebuah buku.

  • Jangan hanya membaca buku baru

Saya menangkap Schopenhauer memberi saran bahwa kita tidak boleh terjebak oleh trend. Harus diakui, banyak ide dan budaya yang memang akan/sudah tertinggal oleh jaman. Namun aturan drama, karakterisasi dan storytelling bakal tetap sama.

Narnia sebagai sebuah hiburan, mungkin untuk sebagian orang akan membosankan, tapi mempelajari Narnia bisa menjadi sebuah ilmu yang berharga. Atau contoh lain seperti buku-buku Carnegie yang tak akan pernah usang.

  • Jangan hanya membeli buku; bacalah buku-buku itu!

Hayo, siapa yang begini? Siapa yang tsundoku di sini? Hehe… Tidak perlu diterangkan lebih lanjutlah, ya. Saya pikir kita semua juga tahu kalau buku itu bukan pajangan.

  • Membaca buku-buku klasik

Bagi seorang Schopenhauer, tidak ada yang lebih menyenangkan dari membaca karya-karya dari para penulis klasik lama.

Kalau dari perspektif personal, saya sempat membahas hal tersebut di sini.

  • Baca ulang buku-buku yang dirasa penting

Buku yang penting, apapun jenisnya menurut beliau harus segera dibaca minimal dua kali, agar kita dapat dengan benar-benar memahami keseluruhan materi.

Saya sangat setuju akan hal ini, mau itu ketika membaca fiksi ataupun non fiksi. Pada saat membaca untuk kali yang pertama, seringkali saya terbuai oleh gaya bercerita sang penulis.

Barulah pada kali yang kedua (atau yang ketiga), saya dapat menangkap mekanisme pengembangan ide dan pola berpikir dari sang penulis.


Sekian dari saya dan semoga bermanfaat!

Rakha


*gambar dari Artmajeur

2 Comments Add yours

  1. Dedi Dwitagama berkata:

    saya membaca posting ini dengan refleksi, terima kasih telah berkunjung dan like postingan saya

    Disukai oleh 1 orang

  2. badruzzaman berkata:

    di poin ke 4 kok gua merasa tersindir ya?🤣🤣🤣

    Disukai oleh 2 orang

Tinggalkan komentar