Perburuan

Pada saat saya mulai penasaran dengan karya-karya dari Pramoedya Ananta Toer, Tante saya -yang punya koleksi bukunya- sangat tidak merekomendasikan jika saya memulai petualangan dengan tetralogi Pram yang terkenal itu.

“Anak baru gede mah jangan mulai sama yang berat-berat.” Kira-kira demikian balasnya dulu sambil menyodorkan karya Pram yang berjudul Perburuan.

Padahal kalau dipikir-pikir, Perburuan ini cukup dark juga untuk anak kelas 1 SMA, hanya lebih tipis saja lembar bukunya jika dibandingkan dengan koleksi yang lain. Haha… Namun ya pada akhirnya jadi karya Pram yang saya favoritkan.

Perburuan merupakan karya fiksi historis yang ditulis oleh Pram kala berusia 23 tahun. Juga tuntas ditulis dalam jangka waktu seminggu saat beliau dalam masa tahanan di penjara Bukit Duri.

Mengisahkan secuplik kehidupan dari seorang mantan anggota PETA dan buronan dari Kempeitai . Cerita seorang kombatan dan orang-orang terdekatnya pada akhir kependudukan Jepang di Jawa.

Yang saya tangkap dari novel pendek ini, meski singkat tapi Pram dapat cermat melukiskan perjuangan, redemption, kemenangan, romance dan tragedi. Berbagai intrik dalam kehidupan manusia, menurut saya berhasil diguratkannya di sini.

Jumlah halamannya yang tidak sampai 200, justru membuat saya sudah dapat langsung menikmati. Membacanya berulang kali, kemudian segera mendiskusikannya dengan yang empunya buku di hari yang sama.

Mengulik perspektif dari seorang Den Hardo, Ningsih, Karmin, Dipo dan yang lainnya. Yang paling sedap sih, ambivalensi yang tersajikan di novel ini.

Ketakutan berbagi ruang yang sama dengan harapan. Kebencian dengan kerinduan. Setiap tokoh punya labirin kebimbangannya sendiri. Yang mana dinarasikan oleh Pram dengan terampil dan tak bertele-tele.

..

Jadi kemungkinan besar, tante saya tepat karena telah merekomendasikan Perburuan sebagai karya dari Pram yang pertama saya baca, yang pada akhirnya saya favoritkan sampai sekarang.

Atau bisa jadi, beliau tidak mau ambil resiko saja jika koleksinya yang lain -yang lebih tebal dan yang tidak mungkin tuntas dibaca dalam satu hari- saya pinjam dan bawa pulang berhari-hari.

Rakha

3 Comments Add yours

  1. luaydpk berkata:

    yang ini sy belum baca, semoga suatu saat….:)

    Disukai oleh 1 orang

  2. arip berkata:

    Novelnya emang diformat kayak naskah drama 4 babak dan banyak dialog, jadi mudah dan cepet bacanya. Udah lama bacanya sih jadi rada lupa ceritanya, tapi ga tau kenapa masih kesel sama Ningsih. 😂😂

    Kalau buku Pram favorit sih antara Arok Dedes (fiksi) sama Sang Pemula (nonfiksi).

    Disukai oleh 1 orang

    1. Rakha berkata:

      Arok Dedes itu seru juga menurut saya. Wah, saya belum baca Sang Pemula. Harus hunting ini.

      Suka

Tinggalkan Balasan

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s