Lagi dan Lagi

Semalam kita kembali bertemu. Membekukan waktu di toko buku. Kau tenggelam dengan Rilke. Sedangkan aku menggila bersama Sartre.

Mungkin, kita adalah dua jiwa yang doyan membongkar rahasia di balik tumpukan buku tua. Pecandu mimpi-mimpi absurd dan ide-ide yang sering disangka tak akan linear dengan dunia.

Hallo Strangers! Itu sambutmu dengan notasi yang pasti. Kala dulu, ketika kedua pasang mata kita ini tertambat di sudut membaca. Lalu sama-sama berjanji untuk saling mencari di setiap hari, meski belum ada yang mengenalkan nama. Sampai sekarang ini.

Malam tadi, seperti biasa, kau hadir dengan jelita. Gadis ayu yang sudah berdamai dengan Jakarta. Menyapaku dengan penggalan bait dari sang penyair Austria.

Again and again, however we know the landscape of love. And the little churchyard there, with its sorrowing names, and the frighteningly silent abyss into which the others fall.”

Lalu kau mengambil jeda untuk tertawa. Sejenak meninggalkanku yang begitu terpana. Teramat terpana. Parah. Apalagi saat kau kembali membisikkan bait selanjutnya sambil memelukku erat. Erat sekali. Parah.

Again and again the two of us walk out together. Under the ancient trees, lie down, again and again. Among the flowers, face to face with the sky.”

Ingin aku selamanya menghirup nafasmu itu. Nafas dari seorang nona yang gemar berpuisi. Berseluncur dengan siratan makna, yang sejujurnya, banyak yang tak kumengerti.

Akhirnya, detik itu juga aku beranikan diri untuk balik memelukmu, sambil juga membisikkan suatu tanya.

“Kapan kita akan bertemu? Benar-benar bertemu.”

“Bukankah kita sudah lama telah bertemu?” Kau kecup sebelah pipi ini lalu kemudian lanjutmu, “dan akan selalu bertemu. Lagi dan lagi. Selama ada buku. Di toko buku.”

Rakha

Tinggalkan komentar