Pada pagi yang biasa saja tadi, aku menjamu selera dengan sebungkus Indomie. Sajian cepat saji khas dalam negeri. Sepertinya juga tidak apa untuk menikmati mi instan di waktu sedini itu. Toh sekarang ini hari Minggu, memang waktunya untuk memanjakan diri.
Indomie soto Banjar Limau Kuit memang tidak sepopuler dengan Indomie rasa rendang dan tidak senyentrik rasa Chitato sapi panggang. Juga akan kalah abadi jika lawannya adalah Indomie ayam bawang. Tapi untukku pribadi, ia sudah layak tersemat dalam klasemen Pandawa Lima.
Aku memang belum pernah menyeberang ke Borneo. Dari sekian tahun pelayaran hidup, angin belum berniat untuk membawa tubuh ini ke poros Nusantara. Jadi jangan tanyakan, apa rasa Indomie ini sama dengan soto Banjar asli di Kalimantan Selatan sana.
Sebenarnya, aku juga baru mencicipi varian Indomie yang ini. Kubawa pulang tiga pasang dari kediaman teman di Jakarta beberapa bulan yang lalu. Ibu pun lantas bersaksi, bahwa belum pernah bersua dengan Indomie jenis ini di etalase toserba dan warung-warung di sekitar rumah kami.
Entah karena baru mencoba atau mungkin ada elemen yang istimewa dan bisa jadi juga karena ini merupakan bungkus yang bungsu. Akan tetapi, jika aku boleh berkata, memang benar-benar ada nuansa yang berbeda. Rasa pedasnya jauh lebih seksi daripada semua saudaranya yang lain. Ia juga menawarkan sensasi jeruk yang menjadi keunikan tersendiri.
Semua orang juga paham, bahwa tidak harus menjadi koki untuk meracik semangkuk Indomie. Namun, aku tetap menambahkan partikel lain ke dalam panci. Tiga cherry tomato yang dicacah ramping, sedikit daun bawang segar dan tidak lupa sebutir telur yang setengah matang.
Tampilan permukaan sajian ini jadi tampak begitu surreal saat aku mulai melepas imajinasi. Kubayangkan kalau aku ini sedang memandang langit sore dari salah satu sudut galaksi tua, bukan Bima Sakti, bukan juga Andromeda.
Warna dari tomat menjadi ornamen angkasa yang berani, kuning telur yang masih cair sebagai lembayungnya, sedangkan putih telur adalah awan yang mulai sirna dan lekuk tekstur mi ibarat lapisan atmosfer yang retak.
Planet yang ada di bayanganku ini, memang sudah sangat dekat dengan ajalnya. Jadi sudah pasti, kotak-kotak yang menjadi bentuk dari daun bawang adalah beberapa shuttle pod yang sedang menyelamatkan diri. Entah mau ke mana.
Kusantap menu sarapan tadi dengan kawan yang berupa alunan melodi dari Barasuara. Tanpa sadar, aku malah sambil memperbaharui portofolio pekerjaan lewat layar delapan inci. Padahal sekarang kan hari Minggu?
Mungkin ini bisa jadi janggal tapi aku suka.
Indomie selera kita wkwk
SukaDisukai oleh 1 orang
Penasaran mencicipi lagi, namun sudah berhenti makan mie
SukaDisukai oleh 1 orang
ππ
SukaSuka
Suka juga. Tapi all-time favourite tetap soto mie ehehe.
SukaDisukai oleh 1 orang
Mantap indomie soto banjar limau kuit π
SukaDisukai oleh 1 orang
Deskripsinya sudah absurd. Sayang belum ada foto indomienya yang aselii. hehe
SukaDisukai oleh 1 orang
Ntar saja, nunggu dikontak dulu oleh brand-communicationnya Indomie. π
SukaSuka
Hei, sebagai asli orang borneo. Rasa soto banjar jauh jauh berbeda sama rasa indomienya. Haha. Tapii boleh di coba soto banjar yang limau kuit. Topcerzz
SukaDisukai oleh 1 orang
Haha.. iya, maksud sy, ini tuh soto banjar limau kuit. Pokoknya, yang bungkusnya warna hijau π
SukaSuka
Haha oke aku salah paham
SukaSuka
Haha. Bukan-bukan. Saya saja yang tidak memberi deskripsi sebelumnya. π
SukaSuka
Iyaa, jadi soto banjar versi indomie ada dua; limau kuit dan yang biasa aja. Rasanya beda jauh, dan lebih beda jauh lagi dari aslinya.. so, selamat mencicipi jika ada kesempatan.ππ
SukaDisukai oleh 1 orang
Reviewe dari fans berat Indomie. Lumayan nih endorsnya. π
SukaDisukai oleh 1 orang
πππ
SukaSuka