Plastik

Kadang aku berpikir bahwa kita ini korban kejahilan para dewa di olimpus sana. Dikutuk jadi manusia, terperangkap dalam labirin, kejar-kejaran dengan Medusa sambil mencari kotak pandora.

Kadang juga berpikir, bahwa kita adalah keluarga anggrek. Dikenal karena kecantikannya, menakjubkan bagi jutaan mata padahal hanya menjadi epifit yang menumpang pada tumbuhan lainnya.

Sempat terpikir juga pada seekor serigala. Homo homini lupus, seru Plautus waktu itu. Hidup bagai pemangsa bagi manusia yang lain. Menguasai yang lemah dan menjilat yang kuat. Mungkin juga kita bagai gerombolan hyena, pemakan bangkai yang merusak otoritas di sabana.

Tapi mereka bilang, kita ini hanya plastik. Bahan yang asalnya dari jasad renik purba yang berubah menjadi kandungan minyak, kemudian dicampur dengan kadar senyawa karbondioksida.

Layaknya plastik, kita dapat menjadi apapun yang dimau. Bisa sangat berguna atau juga sebagai sampah belaka. Bisa jadi bahan pesawat antariksa atau hanya jadi ganjalan pintu di rumah tetangga.

Tapi harus mereka ingat juga. Plastik adalah bahan yang sangat sulit terurai. Atau mungkin saja, tidak pernah bisa hilang dari dunia.

1 Comments Add yours

Tinggalkan komentar